
Jakarta - Terlalu banyak bukti yang mengatakan bahwa Pure Saturday adalah sebuah band kasual. Mulai dari gaya berpakaian santai, penampilan panggung lepas tanpa beban, hingga ucapan bassist Ade Purnama pada pertengahan Mei lalu di Galeri Foto Jurnalistik Antara, Jakarta dalam rangka konferensi pers menyambut konser tunggal bertajuk Pure Saturday – Grey Concert, yang juga dilaksanakan guna meluncurkan Grey selaku album studio keempat kuintet tersebut.
Menanggapi pertanyaan moderator Denny Sakrie soal alasan jeda tujuh tahun antara album ketiga, Elora, dengan Grey, Ade menjawab: “Kami memang santai, tidak mau ada beban dalam pengerjaan album. Malah terkadang timbul rasa malas juga.”
Hubungan Pure Saturday dengan Pure People, sebutan bagi penggemar band Bandung bentukan 1994 tersebut pun bisa dibilang kasual. Ade bersama vokalis Satrio “Iyo” Nur Bambang, gitaris Aditya “Adhi” Ardinugraha dan Arief Hamdani, serta drummer Yudistira “Udhi” Ardinugraha tak sungkan bercengkerama dengan para penggemarnya untuk waktu lama. Ikatan spesial antara idola dan penggemar itu mulus terjalin.
Empat ratus lembar tiket Pure Saturday – Grey Concert yang disediakan promotor G Production ludes terjual hanya dalam tiga hari. “Sudah tujuh tahun setelah album ketiga Elora dan lima tahun setelah album kumpulan lagu terbaik Time for a Change, Time to Move On, publik mungkin rindu dengan Pure Saturday,” ujar Ferry Dermawan selaku Program Director G Production.
Ferry lalu menceritakan bahwa gagasan untuk menyelenggarakan konser ini dimulai pada akhir tahun 2011 saat ia dihubungi oleh manajemen Pure Saturday guna mengajaknya silaturahmi ke rumah Yockie Suryo Prayogo, kolaborator grup tersebut di pentas musik lintas generasi gagasan G Production, Djakarta Artmosphere 2011.
“Ternyata anak-anak Pure Saturday sekalian mengajak Yockie Suryo Prayogo untuk kolaborasi di album baru. Gue langsung terpikir buat konser sekaligus peluncuran album baru tersebut. Kemudian gue rasa Gedung Kesenian Jakarta adalah tempat paling cocok untuk konser itu,” kenang Ferry.
Mengenai status konser tunggal yang diemban Pure Saturday – Grey Concert, Iyo menjelaskan: “Utamanya ini adalah konser peluncuran album, tapi dikemas dengan hal-hal yang menurut kami membuat konser ini berbeda dibanding panggung-panggung kami sebelumnya. Temanya sendiri disesuaikan dengan lokasi konser yang merupakan gedung teater.”
Ekspektasi otomatis memuncak pada hari H, 15 Mei, baik soal materi album baru maupun konser. Ketegangan yang sudah pasti dirasa pihak band juga dialami oleh pihak penggemar yang tersebar di area Gedung Kesenian Jakarta; bukti kuat betapa spesialnya ikatan kedua pihak.
Waktu menunjukkan pukul delapan malam lewat dan panita mulai mempersilakan pengunjung untuk masuk ke dalam gedung. Berkat antusiasme penonton yang meluap-luap, tak perlu waktu lama sampai semua tempat duduk dihuni.
Sebagai sebuah gedung teater, sudah sepantasnya tirai merah terlebih dulu menutup isi panggung sampai acara diputuskan untuk mulai. Untuk Pure Saturday – Grey Concert, tirai dibuka pukul 20.30 WIB. Sorak sorai dan tepuk tangan penonton mengalir deras sebagai respon pembukaan tirai tersebut.
Sesuai dengan apa yang telah dikatakan pihak band pada konferensi pers, konser ini akan dibagi menjadi dua sesi: pertama adalah album baru secara penuh dan kedua terdiri dari sekumpulan lagu album perdana hingga ketiga.
Lagu klasik “Centennial Waltzes” gubahan Johan Strauss II selaku intro album Grey diputar dengan ditemani penayangan video hitam putih bergambar mata yang disorot dari jarak superdekat sebagai latar. Para personel Pure Saturday, termasuk bintang tamu Yockie Suryo Prayogo dan kecuali Iyo, naik ke atas panggung satu per satu setelah video tersebut rampung diputar.
Selengkapnya baca di majalah Rolling Stone edisi 86.
0 comments:
Post a Comment